![]() |
hoboken411.com |
1. DESKRIPSI
TEORI
Istilah
“propaganda” yang berasal dari Gereja Katolik Roma semula berarti penyebaran
informasi. Dalam era reformasi protestan Martin Luther menggunakan propaganda
untuk membentuk sikap anti gereja. Terrence Qualter mendefenisikan propaganda
sebagai “..usaha yang disengaja oleh beberapa individu atau kelompok melalui
pemakaian instrumen komunikasi dengan maksud bahwa pada situasi tertentu reaksi
dari mereka yg dipengaruhi adalah seperti apa yang diinginkan oleh sang
propagandis..”. Sedangkan menurut Harold Lasswell : “technique of changing attitudes and behaviors by manipulating
symbols”. Sedangkan menurut Encylopedia Britannica propaganda adalah effort to manipulate other people’s beliefs,
attitudes, or actions by means of symbols.
Karya
Klasik Lasswell, Propaganda Technique in the World war (1927) mengajukan salah
satu usaha hati-hati yang pertama kali mendefenisikan Propaganda: “Propaganda
semata merujuk pada control opini dengan symbol-simbol penting, atau berbicara
secara lebih konkret dan kurang akurat melalui cerita, rumor, berita, gambar,
atau bentuk-bentuk komunikasi social lainnya. (Seperti yang di kutip oleh
Werner J. Severin –Jamesa W Tankard ,Jr. Teori Komunikasi, dalam Teori
Komunikasi: Sejarah, Metode, Terapan di Dalam Media Massa. Hal.128)
Teori
Propaganda Harold Lasswell Pakar politik Harold Lasswell berteori kekuatan
propaganda berhulu pada kerentanan kondisi pemikiran orang pada umumnya.
Menurut Lasswell, depresi ekonomi dan konflik politik telah menjadi faktor yang
memungkinkan seseorang kehilangan nalar kritisnya sehingga dengan mudah
menerima segala bentuk propaganda. Konfrontasi sehari-hari dalam kehidupan personal
mereka rupanya cukup memukul, juga melelahkan. Membuat orang cenderung melihat
propaganda sebagai hal yang menenangkan dan dapat mengatasi permasalahan hidup
mereka. Propaganda bekerja dengan memunculkan simbol kolektif atau simbol utama
yang dipadu dengan emosi yang kuat, sehingga memiliki kekuatan untuk
menstimulasi tindakan massa.
Propaganda Theory
versi Harold D Lasswell Teori ini mengadaptasi teori freudianisme dan teori
behaviorisme, puncak implementasinya untuk mencapai efek dukungan massa. Teori ini
tersublimasi dalam rumusan paradigma komunikasi yang terkenal (who says what to whom in which channel with
what effect).
Dalam
Encyclopedia Britanica, 1997, dan The
Oxford Companion to the English Language, Tom Mc Arthur (1992: 333-334)
menguraikan kata propaganda berasal dari bahasa Neo Latin propagandus atau
propagare yang berarti penyebaran. Kata ini pertama kali dipergunakan Paus
Gregorius XV di Italia pada tahun 1622
untuk menamai sebuah lembaga yang mengurusi kegiatan misionaris Gereja Katolik
Roma, Congregatio de Propaganda Fide, komite tetap kardinal yang bertanggung
jawab atas aktivitas misionaris Katolik. Sejak saat itu, kata propaganda mulai
banyak digunakan untuk merujuk pada rencana sistematis dan gerakan
terorganisasi untuk menyebarkan suatu keyakinan, dogma, doktrin atau sistem
prinsip tertentu.
Teori
Propaganda Modern Menurut Richard Laitinen dan Richard Rakos (1997), propaganda
modern merupakan pengontrolan perilaku masyarakat melalui manipulasi media yang
difasilitasi oleh tiga faktor, yakni: seorang khalayak yang terbelit dan
dilanda gaya hidup yang mengganggu terus menerus, kurang melek informasi, dan
tidak bergitu terlibat secara politik. Demokrasi yang kemudian membuat tidak
adanya kontrol ketat dari pemerintah dianggap sebagai karakteristik “masyarakat
yang bebas”, padahal sebenarnya hal ini tidak berarti bahwa informasi yang ada
benar-benar bebas.
2. ASUMSI
Secara teoritis, pesan
propaganda harus diulang-ulang. Teknik pengulangan sangat penting dan merupakan
dasar dalam kegiatan propaganda. Ditilik dari sejarahnya, teori propaganda
mengalami perubahan secara evolusioner selaras dinamika perkembangan
masyarakat. Serta setiap teori yang dijelaskan memiliki asumsinya
masing-masing. Berikut ini teori-teori tersebut:
1) Early Propaganda Theory
Teori ini menganut asumsi bahwa
setiap orang menyukai kesenangan. Di sini, propagandis menggunakan kata-kata
yang menghibur, gambar-gambar yang memukau atau pertunjukan-pertunjukan
atraktif di hadapan orang banyak sehingga mereka merasa senang dan selamanya
menerima pesan-pesan propaganda yang ditawarkan atau memberikan sumbangan atau
bantuan. Propaganda dilakukan secara satu arah (one way) dengan langsung dan segera pada target.
2) Reaction Againts Early Propaganda
Theory
Sebagai reaksi terhadap early propaganda theory, muncul sebuah
pemikiran bahwa tidak selamanya propaganda hanya bersifat searah (one way). Ketika seorang propagandis
sedang melancarkan propaganda balik, baik disadari maupun tanpa disadari. Di
sini, propagandis memerhatikan reaksi-reaksi yang diberikan oleh targetnya dan
berupaya mengefektifkan propaganda yang dilancarkannya.
3) Libertarianism Theory
Teori ini beranjak dari asumsi
bahwa propaganda merupakan upaya untuk memperluas pengaruh atau memperoleh
kekuasaan, bukan merupakan monopoli kaum borjuis seperti penguasa atau elite
masyarakat. Siapa pun berhak dan tidak boleh dilarang untuk menyusun kekuasaan
atau memiliki pengaruh melalui propaganda selama dapat dipertanggungjawabkan.
4) Libertarianism Reborn Theory
Teori mutakhir mengenai propaganda
yang didasari oleh asumsi bahwa setiap manusia memiliki kebebasan berkehendak (free will) untuk melakukan apa saja,
termasuk untuk memperoleh keuntungan ekonomi atau kekuasaan politik. Acuan
teori ini adalah sejarah peradaban yang menginginkan kemajuan dan perkembangan
tiada henti (endless development)
dalam kehidupan masyarakat.
5) Freudianism
Theori
Teori ini lahir dari konsep
pembagian kepribadian manusia ke dalam tiga elemen yang dapat direkayasa
melalui propaganda. Tiga elemen tersebut adalah ego (rasio), internal desire (ID, kesenangan
pribadi), dan superego (perasaan terdalam- hati nurani). Mekanisme propaganda
yang dilancarkan adalah meyakinkan ego, kemudia memersuasi ID, untuk melemahkan
superego. Propaganda semacam ini banyak dipraktikkan di semua lokasi mulai dari
tingkat lokal sampai internasional, misalnya dalam multilevel marketing atau arisan bergantian atau pembagian
keuntungan.
6) Behaviorism Theory
Teori propaganda yang berasumsi
bahwa masyarakat sosial memiliki respon terhadap stimulus tertentu sehingga
propaganda dapat memengaruhi aspek kognitif dalam perilaku kehidupannya.
7) Propaganda Theori versi Harold D
Lasswell
Teori ini mengadaptasi teori freudianisme dan teori behaviorisme, puncak implementasinya
untuk mencapai efek dukungan massa. Teori ini tersublimasi dalam rumusan
paradigma komunikasi yang terkenal (who
says what to whom in which channel with what effect).
8) Public Opinion Theory
Teori ini menunjukkan proses
rangkaian kegiatan propaganda dari bawah, yang berkembang mulai dari kaum
proletar (buruh, petani, nelayan, dan mereka dari kelas kurang pendidikan)
maupun pada golongan masyarakat paling bawah yang lain, hingga kemudian
pengaruhnya merambat naik mencapai golongan tertinggi, seperti kaum berojuis
atau kelompok elit maupun golongan masyarakat tertinggi lainnya.
9) IPA Theory (Institute for
Propaganda Analysis)
Menurut teori IPA, propaganda
adalah komunikasu yang dilancarkan secara halus atau kasar dengan landasan
pemikiran berdasarkan fungsi propaganda yang seharusnya relevan dengan
kebutuhan masyarakat.
10) Modern
Propaganda
Teori ini dipopulerkan oleh sebuah
kalimat, ‘Dunia adalah panggung propaganda.’ Teori propaganda modern berasumsi
bahwa propaganda harus dilakukan dengan teknik-teknik propaganda yang jitu
tanpa diketahui oleh orang banyak atau kelompok tertentu yang dijadikan
sasaran.
3. PENJELASAN
Sebenarnya kata
propaganda sendiri merupakan istilah yang netral. Kata yang berasal dari bahasa
Latin “to sow” yang secara etymology
berarti: “menyebarluaskan atau mengusulkan suatu ide” (to disseminate or propagate an idea). Namun dalam perkembangannya
kata ini berubah dan mengandung konotasi negatif yaitu pesan propaganda
dianggap tidak jujur, manipulatif, dan juga mencuci otak.
Para pakar organisasi
menggolongkan 3 (tiga) jenis model propaganda. Menurut William E Daugherty, ada
3 (tiga) jenis propaganda :
1. Propaganda
putih (white propaganda), yaitu
propaganda yang diketahui sumbernya secara jelas, atau sering disebut sebagai
propaganda terbuka. Misalnya propaganda secara terang-terangan melalui media
massa. Biasanya propaganda terbuka ini juga dibalas dengan propaganda dari pihak
lainya (counter propaganda).
2. Propaganda
Hitam (black propaganda), yaitu
propaganda yang menyebutkan sumbernya tapi bukan sumber yang sebenarnya.
Sifatnya terselubung sehingga alamat yang dituju sebagai sumbernya tidak jelas.
3. Propaganda
abu-abu (gray propaganda), yaitu
propaganda yang mengaburkan proses indentifikasi sumbernya.
Penerbit Harcourt,
Brace and Company menyebarkan publikasi berjudul The Fine Art of Propaganda atau yang sering disebut sebagai the Device of Propaganda (muslihat
propaganda) yang terdiri dari 7 (tujuh) jenis propaganda sebagai berikut :
1. Penggunaan
nama ejekan, yaitu memberikan nama-nama ejekan kepada suatu ide, kepercayaan,
jabatan, kelompok bangsa, ras dan lain-lain agar khalayak menolak atau mencercanya
tanpa mengkaji kebenaranya.
2. Penggunaan
kata-kata muluk, yaitu memberikan istilah muluk dengan tujuan agar khalayak
menerima dan menyetujuinya tanpa upaya memeriksa kebenaranya.
3. Pengalihan,
yaitu dengan menggunakan otoritas atau prestise yang mengandung nilai
kehormatan yang dialihkan kepada sesuatu agar khalayak menerimanya.
4. Pengutipan,
yaitu dilakukan dengan cara mengutip kata-kata orang terkenal mengenai baik
tidaknya suatu ide atau produk, dengan tujuan agar publik mengikutinya.
5. Perendahan
diri, yaitu teknik propaganda untuk memikat simpati khalayak dengan meyakinkan
bahwa seseorang dan gagasannya itu baik.
6. Pemalsuan,
yaitu dilakukan dengan cara menutup-nutupi hal-hal yang faktual atau
sesungguhnya dengan mengemukakan bukti-bukti palsu sehingga khalayak terkecoh.
7. Hura-hura,
yaitu propaganda dengan melakukan ajakan khalayak secara beramairamai
menyetujui suatu gagasan atau program dengan terlebih dahulu meyakinkan bahwa
yang lainya telah menyetujui.
4. CONTOH
KASUS
Sebagaimana
didefinisikan baik oleh Laswell (1927, 1937) maupun Brown (1958), propaganda
akan meliputi sebagian besar aktivitas
periklanan (ketika tujuannya bukan untuk kebaikan dari si penerima
melainkan lebih pada sales atau pengiklan), mencakup juga pada kampanye politik
(ketika tujuan bukan pada kebaikan si penerima melainkan pada pemilihan si
kandidat) dan juga mencakup public relations (dimana tujuan seringkali bukan
untuk kebaikan pada penerima melainkan lebih besar ke meningkatnya citra
korporasi).
Salah satu contoh kasus
tentang propaganda politik yang terjadi adalah rivalitas Ketua Umum Golkar,
Aburizal Bakrie dan Ketua Umum PAN, Hatta Radjasa yang ingin memperebutkan
kursi Presiden pada 2014 lalu. Aburizal Bakrie melakukan manuver dengan
mendekati partai politik berbasis Islam seperti PPP dan PBR. Pria yang akrab
dipanggil Ical ini mempunyai keuntungan sendiri jika propaganda politiknya
terus dilakukan. Mengapa demikian? Ical adalah pemilik dari stasiun televisi
tvOne dan ANTV. Oleh karena itu akses untuk melakukan propaganda politiknya di
dua stasiun televisi terbuka lebar. Pemberitaan yang baik tentang dirinyabisa
ditonjolkan sedangkan pemberitaan yang miring bisa disembunyikan. Begitu pula
dengan pemberitaan lawan politiknya. Ical melalui dua stasiun televisi miliknya
bisa menyembunyikan keunggulan dari lawan berpolitiknya tersebut. Seperti yang
dikatakan ahli strategi perang asal Cina, Sun Zi dalam bukunya The Art of War ;
semua pertempuran didasarkan pada prinsip penipuan. Mau tidak mau dua media
tersebut tidak dapat bersikap netral karena terjadi politik kepentingan.
Media massa memang
tidak dapat mempengaruhi orang untuk mengubah sikap, tetapi media massa cukup
berpengaruh terhadap apa yang dipikirkan orang. Ini berarti media massa
mempengaruhi persepsi khalayak tentang apa yang anggap penting. Bisa jadi kalau
Ical terus menerus membuat pemberitaan yang baik terhadap dirinya, masyarakat
akhirnya mempersepsikan bahwa hal tersebut memang nyata. Kemungkinan besar hal ini
berpengaruh pada cara berpikir masyarakat. Saat media selalu menampilkan tokoh
tertentu, maka orang tersebut cenderung dianggap tokoh penting. Singkatnya, apa
yang dianggap penting oleh media, akan dianggap penting pula masyarakat dan apa
yang dilupakan media akan dilupakan juga oleh masyarakat. Dengan demikian
propaganda melalui media massa akan efektif, kalau ada upaya mengemas pesan
propaganda dalam prioritas isi pesan media. Isi pesan inilah yang menjadi
tawaran dalam mempengaruhi cara berpikir khalayak.
5. EVALUASI
TEORI
1. Merupakan
informasi satu arah berlawanan dengan komunikasi yang mempunyai dua arah dan
interaktif.
2. Jika
masalah atau ide yang dipropagandakan sudah tidak relevan dan tidak actual lagi,
daya tarik sebuah propaganda akan menghilang.
3. Mereka
yang melontarkan informasi itu memiliki motivasi dan sejumlah tujuan yang belum
diketahui penerima informasi.
NAMA : YOGGI INDRIYANSYAH
NIM : 45180096
KELAS : 45.7D.33
TEORI KOMUNIKASI
REFERENSI:
Laswell
, H. 1927. Propaganda Technique in the
World War. New York : Peter Smith
Laswell,H.
1937. “Propaganda”. In E.R.A. Seligman and A Johnson,eds.
Encyclopedia of the Social Science , vol 12. Hal 521-528 New York :
Macmillan
Brown,
Roger. 1985. Words and Things. New York: Free Press.
Baran, Stanley
J. (2010). Teori Komunikasi Massa:
Dasaar, Pergolakan, dan Masa Depan.
Jakarta: Salemba Humanika
Muslim Zuhdi.
2016. Satelit di http://www.tetaplahberbinar.com/2016/10/definisi-dan-teori-teori-propaganda.html.
(di akses 18 Oktober)
JackpotCity - Casino, Hotel, Lodging, Games
ReplyDeleteFind JackpotCity, 평택 출장안마 Indiana Casino, Hotel, 부산광역 출장마사지 Lodging, Games, 경상남도 출장안마 Casinos, Restaurants, 대전광역 출장마사지 Mapyro® 고양 출장샵 US Casino.